Di masa perang dingin tahun 1960an, banyak peristiwa politik yang mengubah nasib banyak orang. Beberapa mahasiswa yang dikirim belajar oleh pemerintah Indonesia ke Uni Soviet (Rusia) dan Tiongkok akhirnya tak bisa pulang ke Indonesia setelah peristiwa 1965. Terdampar dan melintasi berbagai Negara dengan tanpa status, mencari negara yang mau menampung mereka. Putus kontak dengan keluarga di Indonesia yang juga menjadi korban perubahan politik. Mereka dan kisah lainnya bercerita tentang keinginan untuk mencari jalan pulang yang tak pernah padam. Mereka mewakili ribuan orang yang senasib dan sudah berguguran dimana-mana. Mereka adalah monumen kekerasan yang masih hidup, bertahan dan terwariskan. Monumen kekerasan itu diwariskan dalam bentuk ketakutan-ketakutan yang disimpan dalam benak, hati dan naluri dari generasi ke generasi. Seperti rantai-rantai raksasa yang melilit tangan, kaki, dan pikiran generasi setelah mereka. Jika mereka mencari jalan pulang, generasi yang mencari jalan kebebasan. Bebas dari ketakutan.