Kereta terakhir di tengah malam meninggalkan sekelompok orang yang tersesat di stasiun, yang memilih bar daripada membayar taksi untuk pulang. Di antara mereka ada Mugi dan Kinu, 22 tahun, yang saling memiliki rasa penasaran antar satu sama lain, ditakdirkan untuk memiliki keterikatan yang lebih mendalam serta rumit dari yang dibayangkan. Terperangkap dalam masa muda ketika banyak orang memasuki dunia kerja Jepang yang melelahkan, pasangan ini hidup di bawah tekanan untuk mempertahankan penghasilan tanpa mengorbankan hasrat kreatif mereka. Kisah cinta penuh dengan suka duka dan penuh kesabaran ini mengisahkan perjalanan cinta yang mudah berlalu, saat Mugi dan Kinu menghadapi kenyataan pahit dari kehidupan masyarakat yang membebani hubungan dan perasaan mereka. The last train at midnight leaves a group of stragglers stranded at the station, who opt for a bar rather than paying for a taxi home. Among them are twenty-two-year-olds Mugi and Kinu, whose curiosity for one another is fated to have a lasting and more intricate outcome than initially expected. Caught in the period of youth when many enter the gruelling Japanese workforce, the pair live under the pressure of maintaining an income without compromising their creative passions. Patient and bittersweet, this romance chronicles the fleeting lifespan of love, as Mugi and Kinu reckon with the hard realities of societal life imposing on their relationship and senses of self. Copyrights 2021 "We Made a Beautiful Bouquet" Film Partners