Musik tradisional 'tarling dangdut' Indramayu di pantai utara Jawa menjadi populer di segala usia karena tarian erotis dan penyanyinya yang berpakaian seksi. Jenis hiburan ini menjadi aib yang tak dapat ditutupi oleh kalangan religius konservatif. Namun sebagai musik, tarling dangdut terus mengalir melalui masyarakat dan tak pudar karena musik ini tidak pernah menutup diri terhadap budaya baru. Ia menyerap dan menerima gagasan anyar setiap saat. Jaham, tarling penulis lagu dangdut, dan Ipung, produser musik, bekerja merekrut dan meluncurkan talenta baru yang bermimpi menjadi terkenal. Dikelilingi oleh wanita muda, membuat istri Jaham untuk cemburu dan jatuh sakit. Tapi tantangan yang sebenarnya bagi Jaham datang dari ulama yang ingin dia menulis lagu tarling dangdut yang memuat pesan- pesan Islami. Dengan bantuan seorang penyanyi tarling dangdut erotis, Jaham menuliskan syair-syair religiusnya. The traditional ‘tarling dangdut’ music of Indramayu, an area on the Java island in Indonesia is famous among all ages because of its erotical dances and skimpily-clad singers. For a long time, this was a disgrace for muslim leaders who wanted to get it forbidden. Jaham, tarling dangdut songwriter, and Ipung, music producer, recruit and launch new talents who dream of being famous. Surrounded by young women, nonetheles, drives Jaham’s wife to jealousy and illness. But the real challenge for Jaham comes from clerics who wants him to write Islamic Tarling Dangdut songs. With the help of an erotic singer, Jaham writes down his religious pieces.