Riana yang sedang berada dalam kondisi terpuruk sejak kehilangan Riani mendapatkan kabar bahwa kini boneka tersebut berada di sebuah asrama perempuan bernama Elodia. Mengetahui kabar tersebut, Riana pun meminta kepada kedua orang tuanya untuk dapat pindah sekolah ke Elodia. Permintaan Riana tersebut langsung dipenuhi oleh kedua orang tuanya yang berharap Riana dapat kembali bersemangat seperti dulu. Namun, asrama Elodia ternyata mengatur perilaku siswinya dengan sangat ketat. Bahkan mereka meletakan 100 cermin di seluruh lorong asrama, agar para siswi yang hendak melakukan keburukan langsung membatalkan niat mereka karena malu ketika melihat ‘refleksi’ dari diri mereka sendiri lewat cermin-cermin tersebut. Ketatnya aturan tersebut menciptakan tekanan, dan melahirkan sekelompok siswi perundung yang senang melakukan permainan ganjil menggunakan cermin. Yaitu permainan dengan melakukan ritual pemanggilan arwah dari bloody mary bersama dengan siswisiswi yang baru pindah. Permainan yang awalnya hanya sebagai cara untuk menakut-nakuti siswi baru, berubah menjadi petaka ketika muncul arwah yang berusaha mencelakai para siswi. Boneka riani pun dianggap sebagai dalang di balik petaka ini. Riana pun harus terjebak dalam kondisi dilematis, antara harus kembali membawa pulang boneka Riani atau menemukan jawaban dari berbagai terror yang dituduhkan kepada boneka Riani.